Senin, 17 Juli 2017

Statistisi: Profesi yang Dapat Meramalkan Masa Depan


Jika kita mengambil sampel acak berupa sejumlah orang dari suatu populasi masyarakat untuk ditanyai apa itu statistisi, sepertinya hanya sebagian mereka bahkan kurang dari itu yang dapat menjawabnya. Artinya, masih banyak orang yang belum mengenal istilah statistisi. Jumlah statistisi sendiri masih sedikit di Indonesia. Perguruan tinggi di Indonesia baik negeri maupun swasta juga baru sedikit yang menghadirkan program studi yang melahirkan lulusan untuk profesi ini. Padahal seorang statistisi sangat dibutuhkan oleh berbagai sektor pekerjaan seperti perusahaan, perbankan, lembaga pemerintahan, dan sektor riset lainnya. Seorang statistisi berperan penting dalam memberikan informasi terkait aktivitas instansi tempatnya bekerja, mengukur kemajuan yang telah dicapai, serta memprediksi kejadian atau pencapaian instansi tersebut di masa depan. Tak hanya itu, statistisi juga berperan bagi kemajuan suatu negara dan memiliki ruang lingkup kerja yang luas sekali, seperti mengukur hasil produksi, indeks harga konsumen, laporan keuangan, tingkat inflasi, jumlah penduduk, hasil pendapatan dan pengeluaran negara, dan lain sebagainya.

Statistisi atau disebut juga statistikawan adalah orang yang menekuni statistika. Statistika adalah bidang ilmu matematika yang berkenaan dengan data. Jadi pekerjaan seorang statistisi yaitu mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data untuk kemudian ditarik kesimpulannya. Seorang statistisi berupaya menghitung peluang terjadinya suatu kejadian serta menyampaikan informasi dari bahasa matematika menjadi bahasa yang informatif. Pengolahan data ini telah dilakukan oleh bangsa-bangsa sejak awal zaman Masehi. Mereka mengumpulkan data statistik untuk mendapatkan informasi mengenai banyak hal, misalnya pajak, perang, hasil pertanian, dan bahkan pertandingan atletik. Pada masa kini, seiring dengan berkembangnya teori peluang, berbagai metode statistik dapat digunakan untuk meneropong jauh di luar data yang dikumpulkan, lalu diambil keputusannya melalui generalisasi (penalaran) dan peramalan. Statistika juga telah diterapkan pada pelbagai disiplin ilmu bahkan tak dapat dipisahkan darinya, seperti ekonomi, sosiologi, pemerintahan, biologi, komputasi, dan masih banyak lagi.

Statistisi dibutuhkan dalam beberapa bidang, antara lain Bisnis dan Industri (meliputi Finance, Manufacturing, Engineering, Marketing Research, dan Statistical Computing), Kesehatan dan Medis (meliputi Genetika, Public Health, Epidemiologi, dan Farmakologi), Riset (meliputi Metode Survei, Riset Pemerintahan, dan Riset Sosial), Sumber Daya Alam (meliputi Agrobisnis dan Perikanan), dan Physical Sciences (meliputi Geofisika dan Geologi). Lapangan kerja statistisi, diantaranya adalah lembaga pemerintahan, seperti Departemen Dalam Negeri, Departemen Keuangan, Departemen Pertahanan, dan lain-lain; bidang riset dan pengembangan, seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Badan Tenaga Nuklir Nasional, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, dan lain-lain; sektor industri/jasa keuangan, seperti perbankan, asuransi, Badan Usaha Milik Negara, dan lain-lain; industri strategis, seperti PT. Penataran Angkatan Laut, Perusahaan Listrik Negara, dan lain-lain; industri telekomunikasi; bidang industri perangkat lunak; bidang industri penerbitan dan percetakan; industri pengolahan data dan informasi, seperti Badan Pusat Statistik, Lembaga Survei Indonesia, dan lain-lain. Banyak sekali, bukan?

Jika ditanyai orang apa cita-cita saya, jawabannya adalah menjadi statistisi di BPS.  BPS (Badan Pusat Statistik) adalah lembaga pemerintahan non departemen di Indonesia yang mempunyai fungsi pokok sebagai penyedia data statistik dasar, baik untuk pemerintah maupun untuk masyarakat umum, secara nasional maupun regional. Statistik dasar diselenggarakan oleh BPS melalui berbagai sensus dan survei. Contoh kegiatan sensus yang dilakukan BPS adalah sensus penduduk, sensus pertanian, dan sensus ekonomi. Adapun contoh kegiatan survei yang rutin dilakukan oleh BPS adalah Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS), Survei Biaya Hidup (SBH), dan lain-lain.

Seorang statistisi harus bekerja secara optimal dan profesional. Mereka berupaya memperoleh hasil yang maksimal dari data yang telah dikumpulkan. Seorang statistisi tidak boleh lengah saat bekerja sebab sedikit saja kesalahan yang dilakukannya akan menghasilkan rentetan kesalahan lainnya yang berujung pada kefatalan. Maka dari itu, keahlian yang matang, ketelitian yang tinggi, dan kedisiplinan harus tertanam dalam jiwa seorang statistisi. Selain itu, jujur adalah sifat yang wajib ia miliki karena pekerjaannya adalah memberikan data dan informasi yang akurat dan terpercaya. Tidak hanya terampil, seorang statistisi haruslah sabar karena tak selamanya mengumpulkan data itu mudah. Tak heran jika pekerjaan statistisi merupakan pekerjaan yang menjanjikan. Hal ini menjadikan statistisi adalah profesi yang paling diminati pada dekade mendatang.

Untuk menjadi statistisi, dibutuhkan kemauan. Tak akan baik hasilnya jika seseorang melakukan sesuatu dengan terpaksa, tidak sepenuh hati, atau tidak didasari rasa suka. Selain itu, untuk menjadi seorang statistisi yang sukses, berbagai persiapan perlu dilakukan, seperti belajar dengan tekun, perbanyak membaca, terutama mengenai statistika, dan sering berlatih menggunakan alat-alat analisis data statistika seperti Microsoft Excel, SPSS, Minitab, dan lain-lain. Selain itu, ilmu yang telah diperoleh dari guru, dosen, atau pengajar lainnya saja tidak cukup. Kita juga dianjurkan untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan data, misalnya menjadi panitia dalam pemilihan umum yang diselenggarakan di daerah tempat tinggal kita, atau melakukan quick count (perhitungan cepat hasil pemilihan umum). Mengikuti seminar-seminar yang berkaitan dengan statistika juga merupakan suatu cara efektif untuk memperoleh ilmu. yang terpenting dalam mengejar kesuksesan adalah kemauan yang kuat, kejujuran, doa, usaha, dan tidak mengeluh.


Referensi:
http://berbagiilmustatistika.weebly.com/
https://www.unisba.ac.id/index.php/id/printing/item/307-statistisi-profesi-menjanjikan-abad-ini
http://arsyil.blogspot.co.id/2010/10/apa-lapangan-kerja-prospek-lulusan.html
http://sitianisahnisa.blogspot.co.id/2011/12/prospek-kerja-bidang-statistika.html
http://kompaspedia.kompas.com/Profil/Lembaga/Badan-Pusat-Statistik.aspx

http://www.kompasiana.com/kadirsaja/bps-badan-pura-pura-statistik_550102f9813311255efa833e





Senin, 10 April 2017

Perpustakaan Universitas Syiah Kuala: Lebih Dari Sekedar Perpustakaan

    
  Sudah pernah mengunjungi UPT Perpustakaan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) belum? Yuk, langkahkan kaki menuju bangunan putih nan megah tempat kediamannya para buku yang akan menghantarmu ke ambang jendela dimana kamu bisa mengintip dunia dan memecahkan berbagai misteri ilmu dari berbagai seginya itu. Kamu tidak saja akan berhadapan dengan rak-rak tinggi berhuni ratusan ribu eksemplar, di sana juga tersedia berbagai fasilitas dan layanan yang akan mengukir takjub pada kesan pertamamu. Ruangan full AC, hotspot, locker, meja carrel, meja untuk pengguna laptop, ruang baca for girls, ruang baca for boys, ruang baca pasca sarjana, ruang diskusi, ruang seminar, mushalla, kantin, dan Portal Uilis adalah beberapa dari banyak fasilitas dan layanan yang tersedia di perpustakaan kampus Jantong Hate Rakyat Aceh tersebut, yang membuat aktivitas membaca dan belajar menjadi nyaman dan menyenangkan.

  Dahulu, tepatnya sejak tahun 1970 dimana merupakan awal berdirinya pustaka Unsyiah, pusat informasi yang memiliki nama lengkap Unit Pelaksana Teknis Perpustakaan Prof. Dr. H. Abdullah Ali, M. Sc. Universitas Syiah Kuala ini bertempat di gedung Fakultas Ekonomi. Hingga akhirnya, pada tahun 1994 atas mandat rektor Unsyiah, seluruh perpustakaan yang ada di lingkungan Unsyiah disatukan menjadi sebuah perpustakaan besar dengan gedung baru yang dibangun di sebelah Kantor Pusat Administrasi (KPA) Unsyiah. Ibarat sebutir bijih yang ditanam, diberi pupuk, disiram, dan dirawat dengan sepenuh hati hingga tumbuh menjadi sebuah pohon yang kokoh dan rindang, UPT Perpustakaan Unsyiah perlahan-lahan ‘tumbuh’ menjadi pusat informasi yang tersruktur, berbasis teknologi, memiliki pelayanan dengan mutu tinggi, dan berdaya saing di Asia Tenggara. Namanya masyur tidak hanya di kalangan mahasiswa Unsyiah saja, namun juga dikenal hingga ke Universitas lainnya bahkan ke negara-negara tetangga.



   Mengenai koleksi, perpustakaan Unsyiah dapat dikatakan ‘kaya’ akan koleksinya, mulai dari yang bercetak, seperti buku teks, dokumen, jurnal, skripsi, tesis, disertasi, dan laporan penelitian, hingga yang berbentuk elektronik, seperti e-book dan e-jurnal. Pemasokan koleksi diadakan setiap tahunnya sesuai kebutuhan. Koleksi juga didapat dari hibahan BPAD (Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah). Jika kamu ingin menghibah buku, juga boleh lho! Kamu dapat menyalurkannya melalui kotak sumbangan buku yang disediakan di ruang lobi pustaka Unsyiah.



    Untuk dapat meminjam buku, kamu harus mendaftar menjadi anggota pustaka terlebih dahulu. Kemudian peminjaman dilakukan dengan menggunakan Mesin Peminjaman Mandiri. Jumlah maksimal buku yang dapat dipinjam adalah tujuh buku dengan jangka waktu peminjaman 14 hari. Untuk pengembaliannya, tersedia meja khusus yang dilengkapi sistem komputer yang akan mendeteksi dan memroses secara otomatis. Beberapa koleksi tidak dapat dipinjam, seperti skripsi, tesis, disertasi, dan laporan penelitian karena bersifat rahasia dan hanya dengan tujuan tertentu saja kamu boleh meninjaunya. Begitu pula jurnal, dokumen, buku referensi, dan majalah yang oleh karena jumlahnya terbatas, kamu hanya dibolehkan membaca atau mengkajinya di ruang koleksi bacaan tersebut.

       Untuk menelusuri e-book dan e-jurnal, dapat diakses melalui Portal Aplikasi Uilis (Unsyiah Integreted Library Information System). Aplikasi ini juga menyediakan berbagai layanan lainnya seperti OPAC (Open Public Access Catalogue), ETD (Electronic Theses and Dissertations), Open Access, e-resources, dan banyak lainnya. OPAC merupakan layanan pencarian buku untuk memudahkan pemustaka menemukan buku yang diinginkan. ETD merupakan kumpulan skripsi, tesis, dan disertasi dalam bentuk elektronik. Open Access adalah katalog yang berisikan koleksi referensi di seluruh dunia yang berupa jurnal, tesis, disertasi, dan lain-lain. Sedangkan e-resources merupakan kumpulan bahan perpustakaan digital online seperti jurnal, e-book, dan karya-karya referensi online lainnya yang dilanggan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Selain itu, ada juga Uilis Mobile yang dapat membantumu jika ingin memperpanjang waktu pinjaman buku.
       Perpustakaan yang berupa gedung berlantai tiga ini buka mulai pukul 09.00 sampai dengan 18.00 WIB dengan layanan jam tambahan pada malam hari yaitu pukul 19.30 hingga 23.00 WIB. Melihat ketersediaan fasilitas, layanan, banyaknya koleksi dengan berbagai disiplin ilmu, dan telah memiliki pustakawan yang sesuai dengan kualifikasi pendidikan, tidak mengherankan jika pada tanggal 28 Juni 2016 lalu, UPT Perpustakaan Unsyiah menerima sertifikat akreditasi A dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia karena telah memenuhi standar nasional perpustakaan.

      Di perpustakaan Unsyiah, ada beberapa program kemahasiswaan, seperi ULF (Unsyiah Library Fiesta) dan Librisyiana. ULF merupakan program yang menghadirkan berbagai event perlombaan kreativitas mahasiswa, seperti lomba blog, fotografi, video kreatif, dan lainnya. Pada tahun 2016 lalu, untuk kali pertamanya, ULF membuka ajang pemilihan Duta Baca Unsyiah yang bertujuan untuk menemukan para inspirator yang dapat 'menumbuhkan' minat baca mahasiswa mahasiswi Unsyiah. Librisyiana merupakan program yang menyajikan segala informasi atau berita terkini mengenai perpustakaan Unsyiah. Program ini juga menerbitkan majalah baik berbentuk cetak maupun online yang dapat kamu akses secara gratis di web pustaka Unsyiah.

       Selain itu, ada hal-hal menarik yang dimiliki perpustakaan yang bergelar ”More Than Just a Library” ini, yang menjadi keunikan tersendiri dan dijamin semakin membuatmu jatuh hati. Beberapa hal menarik dari perpustakaan Unsyiah, yaitu di antaranya:

a. Relax and Easy

       UPT Perpustakaan Unsyiah bukan sekedar gudang buku yang di dalamnya hanya ada aktivitas meminjam, membaca, dan mengembalikan buku saja lho! Kehadiran sebuah program bernama Relax and Easy membuktikan bahwa di sini kita juga dapat berkreasi. Relax and Easy adalah suatu pogram penyaluran kreativitas mahasiswa baik berupa musik akustik, teatrikal, stand up comedy, talkshow, maupun lainnya. Program yang menjadi daya tarik tersendiri dan dinanti-nantikan ini diadakan setiap Rabu siang di Libri Cafe yang terletak di lantai satu Perpustakaan Unsyiah. Libri Cofe sendiri merupakan perpaduan antara kantin, Coffee Cho, dan pentas Relax and Easy yang ditata sedemikian rupa dengan background menarik dan sentuhan modern. Bayangkan, di suatu siang yang panas, kamu menikmati hiburan-hiburan Relax and Easy dengan ditemani suguhan ice Thai Tea. Mmm…Sungguh nikmat, bukan? Program ini tidak hanya diperuntukkan bagi mahasiswa Unsyiah, mahasiswa dari universitas lain juga dapat berpartisipasi. Yuk, ramaikan!

             


b. Korea Corner dan India Corner

       Di salah satu sudut perpustakaan Unsyiah, terdapat dua corner yang akan mengajakmu berjelajah ke belahan bumi bagian timur dan utara, yakni Korea Corner dan India Corner. Korea Corner merupakan MOU (Memorandum Of Understanding) dari hubungan kerja sama pihak Unsyiah dengan suatu kelembagaan di Korea. Begitu pula India Corner, yang merupakan hasil hubungan kontrak dengan India. Keduanya merupakan ruangan yang menyajikan berbagai literatur dan peranti kebudayaan masing-masing negara. Bagi kamu yang pencinta Korea, Korea Corner adalah tempat yang tepat untuk ‘menggali’ segala hal mengenai negeri gingseng tersebut. Kamu juga dapat mencoba mengenakan Hanbok (pakaian tradisional Korea Selatan) yang telah disediakan. Tentunya gratis, tidak disewakan, dan tidak dipungut biaya apapun. Asyik…! 


Korea Corner

India Corner


c. Library Gift Shop (LGS)

       Di dalam perpustakaan Unsyiah, tepatnya di lantai satu persis di samping tangga, kamu akan mendapati sebuah ruangan penuh pernak-pernik yang menarik perhatian dan membuatmu berdecak kagum ketika mendekat. Adalah Library Gift Shop, sebuah pusat promosi produk-produk kreativitas mahasiswa Unsyiah berupa baju, tas, dompet, aksesoris, dan berbagai macam souvenir lainnya. Awalnya, Library Gift Shop merupakan ajang pelatihan kewirausahaan mahasiswa di dalam forum UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Namun kemudian dikembangkan oleh CCIS (Center For Creative Industry Of Syiah Kuala University) menjadi wadah pempromosian karya kreatif mahasiswa yang ditempatkan di dalam gedung perpustakaan Unsyiah. Di masa yang akan datang, LGS berencana menambahkan bisnis baru, yaitu pengelolaan produk makanan. Wah…! Semakin menarik saja perpustakaan ini, ya!



  
  
d. Frequent Borrower Award

       Bagi kamu yang sering meminjam buku di perpustakaan Unsyiah, siap-siap mendapat kejutan di tiap bulan Januari dan Juli, ya! UPT Perpustakaan Unsyiah ingin memberi apresiasi kepada mereka yang senang meminjam buku. Melalui Frequent Borrower Award, tiga peminjam buku terbanyak dalam tiap periode 6 bulan akan diberi hadiah. Ini tak lain merupakan bentuk penghargaan kepada mereka yang telah memanfaatkan perpustakaan sesuai dengan fungsi dan perannya, yakni melestarikan budaya membaca, sekaligus mendorong dan memotivasi pemustaka untuk terus meminjam buku, membaca, dan menyerap ilmu darinya. Maka dari itu, ayo meminjam buku sebanyak-banyaknya! Tapi jangan lupa dibaca lho, ya!:D

      Nah, dari uraian di atas, UPT Perpustakaan Unsyiah pantas mengantongi gelar "More Than Just a Library", bukan? Bahkan para mahasiswa yang setiap hari mengunjungi perpustakaan Unsyiah bersemboyan, "Pantang pulang sebelum diusir". Pak Taufiq Abdul Gani M.Eng, Sc., selaku pimpinan UPT Perpustakaan Unsyiah pernah bertutur, "Kita ingin ciptakan image bahwa perpustakaan bukanlah tempat yang membosankan". perpustakaan dibangun sedemikian menarik dengan berbagai fasilitas dan layanan demi terciptanya semangat para pemustaka untuk terus berkunjung, belajar, dan berkreasi. Ini juga merupakan suatu upaya meningkatkan minat baca di kalangan pemuda. Karena itu, ayo kunjungi perpustakaan Unsyiah dan jadilah sahabatnya!




Referensi:
http://library.unsyiah.ac.id/struktur/sejarah/
http://uilis.unsyiah.ac.id
http://www.industrialtimes.net/2016/04/upt-perpustakaan-unsyiah-miliki-duta.html
http://library.unsyiah.ac.id/majalah-librisyiana-tersedia-online/
http://library.unsyiah.ac.id/relax-and-easy-kini-sudah-memiliki-panggung/
http://www.unsyiah.ac.id/pengumuman/perpustakaan-unsyiah-sediakan-warkop




Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Unsyiah Library Fiesta 2017 

Rabu, 01 Maret 2017

Sajak Sepi 2


Derap Yang Menjauh



Kaukah itu purnama?


Timbul tenggelam dalam awan kelam


Menaungi jalan-jalan sepi di penghujung hari


Pelita bergeming di tepinya


Menyimak derap langkah yang kian menjauh



Cahayamu jangan kau sembunyikan!


Sedang malam terus merambat


Dan sunyi terus mendekap


Mendekap hati yang lebih pekat dari kapas tebal yang membalutmu itu


Namun langkahku tegar menderap



Kaukah itu purnama?


Simpan jejak langkahmu itu!

Cukup dirimu dan mereka yang tahu

Mereka, kerlap-kerlip lampu kota yang kutinggalkan

Mengambang bagai kunang-kunang

Dan bila ia datang menanyakanku

Katakan bahwa aku pergi melepas masa lalu

Jumat, 24 Februari 2017

Puisi Akrostik



          Sudah pada tahu belum apa itu Puisi Akrostik? Nah, kali ini penulis ingin berbagi pengetahuan mengenai seputar dunia perpuisian. Puisi Akrostik adalah puisi yang huruf pertama setiap barisnya adalah huruf-huruf penyusun suatu kata, prosa, atau kalimat. Huruf awal baris-baris tersebut dapat dieja secara vertikal dan kita akan menemukan sebuah kata di sana. Biasanya, kata tersebut berkenaan dengan tema puisi. Tepatnya, sebagai gambaran dari isi puisi.

        Akrostik itu apa, sih? Kata akrostik berasal dari bahasa Prancis 'acrostiche' dan bahasa Yunani 'akrostichis' yang berarti sajak. Bill Lucas mendefinisikan bahwa akrostik adalah sajak atau susunan kata-kata yang seluruh huruf awal atau akhir tiap barisnya merupakan sebuah kata atau nama diri yang digunakan untuk mengingat hal lain. (Sumber: http://dewi-nur.blogspot.co.id/2010/12/pengertian-pelaksanaan-dan-manfaat.htlm)

          Di bawah ini, penulis telah menyiapkan contoh puisi akrostik agar teman-teman lebih mudah memahami (perhatikan huruf-huruf yang di warnai ya...). Yuk, belajar menulis puisi akrostik!:)
           

Negeri Bawah Laut


Tuhan telah lukiskan segenap keindahan

Atas ranah ini, negeri sejuta pulau

Masyur permai ke penjuru buana

Aneka ragam hidup flora fauna

Nuansa bahari warisan dunia


Nyiur mendesah dalam belaian angin

Anak penyu menyusuri bibir pantai

Senda camar membumbung di cakrawala

Ikan-ikan menari seirama

Ombak berdesir teduh menyapa pesisir

Namun terkadang gaduh menghantam karang

Alam khatulistiwa, dicinta nan berharga

Laksana mutiara di dasar samudera


Bukit koral melengkung terjal

Ubin lautan dihampari padang lamun

Nyanyian duyung mendayu merdu

Anemon meliuk indah

Kawanan lumba-lumba beraksi lincah

Elok rupa negerinya

Negeri bawah laut Indonesia




Pesona Bromo


Gugusan gunung berbaris megah

Untaian awan menaungi lereng kawah

Nafas pertiwi menghembus sejuk, damai

Ufuk timur menyingkap tirai kabut kelam

Negeri dongeng melegenda di sana

Gelar bromonya berusul nama dewa


Bagai cerminan surga

Raut indahnya getarkan sukma

Ombak pasir riuh berbisik

Melodi nuri melantun merdu


Oh, permainya alam kita, Indonesia

Senin, 02 Januari 2017

Sajak Sepi

Gambar terkait


Petang

Ia mengajakku pulang

Bersama temaram jingganya

Yang remang, hangat, dan sendu

Sesekali bayang-bayang mendekap

Dari sela pepohonan, matahari diam-diam menatap


Ia suka merayuku

Di sepanjang jalan pulang

Lewat syair angin yang ia kirimkan

Namun hanya ada gemerasak dedaunan kering

Di tengah keramaian aku terasing


Ia selalu menyambutku

Ketika di jalan pulang

Membacakan sajak-sajak keindahan

Namun tembang pilu angin menutupi telingaku

Dan aku berjalan di dunia yang bisu


Ia terus bercerita

Di tiap perjalanan pulang

Burung dan awan-awan turut mendengarkan

Namun ketika ditanya ceritaku hari ini

Aku menatap lurus tanpa arti


Petang sungguh ingin mengusir sepiku

Tapi sepi hadir di tiap derapku

Minggu, 25 Desember 2016

Cerpen Bertema Keindahan Al-Qur'an di Setiap Syairnya

 Hasil gambar untuk rindu hujan
Syair Indah Sang Bidadari
 
Seperti hari-hari sebelumnya, pagiku diawali dengan penyesalan akibat mengacuhkan jeritan jam beker, kemudian panik mencari handuk - yang sesungguhnya berada di tangan sendiri - lalu berpakaian dengan terburu-buru, sarapan seadanya dengan makanan sisa semalam, membereskan tempat tidur, memasukkan buku-buku ke dalam tas, memakai sepatu, kemudian berlari menuruni tangga. Tiba di pekarangan, kutarik nafas panjang, lalu melangkah tenang di antara rerumputan  yang berkilauan. Mataku langsung tertuju pada titik paling terang di kaki langit tepat di hadapanku, dengan pulau-pulau awan yang melayang rendah di sekitarnya. Jilbabku berkibar-kibar disapa angin. Aku menyambutnya dengan senyum seindah mungkin, sebagai wujud rasa legaku karena berada di sini tepat pada waktunya. Semua tadi kulakukan dengan cepat bukan karena takut terlambat mengikuti pelajaran di kampus, melainkan tak ingin melewatkan Mahakarya indah yang dihadirkan Sang Pencipta di setiap paginya pada sisi timur bumi itu. Detik-detik ketika cahaya matahari tiba di bumi dan menyentuh tubuhku adalah saat di mana sebuah energi menjalar dan menyebarkan sinyal-sinyal positifnya ke seluruh tubuh mulai dari ubun-ubun hingga ujung kaki. Saat itu pula aku menyadari betapa besarnya nikmat Tuhan, yang menganugerahkan kelima inderaku berfungsi dengan baik hingga pagi ini. Karena aku tak tahu kapan itu berakhir, sampai kapan matahari itu membagi sinarnya untukku.
Aku sedang duduk di kursi taman kampusku ketika awan pekat mulai menaungi. Angin berhembus kencang membuat gaduh pepohonan dan menghempas dedaunan kering. Hawa sejuk menyentuh lembut wajahku, mengalir hingga sekujur tubuh. Sebuah lampu bundar berdebu yang ada di dekatku menyala otomatis. Cahayanya yang redup pertanda ia telah lelah mengabdi. Titik-titik air jatuh perlahan dari langit. Kutengadahkan wajahku dan kubiarkan ia membasahinya. Aku menikmati semua itu. Aku menemukan keindahan dalam hal-hal kecil seperti hujan, dedaunan kering yang berjatuhan, lampu taman, guratan awan, bayang-bayang pohon dalam senja, bahkan genangan air di hadapanku. Aku mengagumi keindahan. Satu hal yang paling indah di atas segalanya bagiku adalah syair Al-Qur’an. Aku kerap menyendiri untuk menikmati semua itu. Karena dengan begitulah aku menemukan ketenangan.
Lafadz terakhir azan masih terngiang-ngiang seiring dengan meredanya hujan. Aku bangkit dari kursi taman dan menyusuri jalan setapak menuju masjid. Sebuah suara yang memanggil namaku membuatku menoleh.
“Anisa…!”
“Hai, Ivy!” sapaku sambil tersenyum.
“Ini, earphone yang kau pesan. Sudah ada tilawah lengkap 30 juz. Kau bisa memilih surah yang kau inginkan cukup dengan mendekatkan mulutmu pada kotak ini, kemudian menyebutkan nama surahnya. Canggih dan praktis, bukan?” Ivy menyodorkan sebuah earphone sambil mengenalkan cara memakainya, sedang aku terpaku. Beberapa hari yang lalu aku memang memesannya pada paman Ivy yang merupakan pemilik toko elektronik, buku, dan CD islami. Aku ingin sekali bisa membaca Al-Qur’an dengan berirama sejak dulu. Namun tak kunjung mempelajarinya. Aku merasa sangat kaku dan tak indah ketika membaca Al-Qur’an. Kini aku berjanji pada diri sendiri untuk mempelajarinya dan mampu membacanya sebelum semester dua.
“Terimakasih banyak, Ivy!” aku memeluknya bahagia.
“Sama-sama Nis,” ujarnya sambil mencubit pipiku.
“Pipimu dingin dan lembab, Nis. Ya ampun, jilbabmu, kemejamu, mengapa basah dan kotor seperti ini?” Ivy mengambil beberapa helai daun kecil yang melekat di jilbabku. Ia kemudian mundur selangkah dan memandangiku tak percaya dari atas hingga bawah, lalu ke atas lagi, kemudian ke bawah lagi, berulang-ulang sambil melongo.
“Kamu hujan-hujanan lagi?”
Aku mengangguk. Mataku menjelajah ke sekeliling, berusaha tak menatapnya sambil memasang tampang tak berdosa meski tahu beberapa detik lagi aku akan kembali ‘hujan-hujanan’, hujan semprotan pidato Ivy yang sepertinya akan lebih panjang dari musim hujan manapun.
“Aih…rokmu, sepatumu, basah dan kotor sekali! Sudah kuperingatkan Nis, jangan lakukan sesuatu yang tak berguna! Kau boleh menyenanginya, tapi bukan berarti kau boleh terus berbuat demikian.” Ivy menghela nafas. “Karena hal itu juga akan berdampak buruk bagimu…!” Ivy menatapku prihatin. Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal, kemudian menunduk, menghindari tatapannya. Ivy adalah teman baikku yang paling cerewet, namun sifat pedulinya tak kutemukan pada siapapun. Ia gadis yang cerdas dan menyukai kebersihan. Semboyan ‘Kebersihan adalah sebagian dari iman’ sangat ia tanamkan dalam dirinya. Sebenarnya kondisiku saat ini tak seburuk seperti yang ia katakan. Hanya bagian tepi bawah rokku yang sedikit kotor dan sepatu ketsku - yang memang sudah tua dan ada noda permanen- tentu kotor karena lingkungan becek oleh hujan yang turun sepekan ini. Pakaianku juga tak basah seluruhnya. Hanya sedikit lembab. Satu atau satu setengah jam ke depan mungkin kering. Mungkin.
“Kalau kau terus seperti ini, nanti tidak ada yang mau lho!” bisik Ivy yang kini berada lebih dekat denganku, dengan wajah jail khasnya. Aku mengangkat kepala dan melotot ke arahnya.
“Ti-tidak ada yang mau bagaimana maksudmu?”
“Hei, mengapa kau menatapku seperti itu? Maksudku tidak ada yang mau mengajarimu tilawah Al-Qur’an.” Ivy berusaha menahan tawa. Ukh, dasar Ivy! Ia terkadang suka berkata konyol dan sengaja membuatku ‘salah mengartikan’ maksud ucapannya.
“Ya sudah kalau tidak ada yang mau! Aku mau ke masjid. Shalat jama’ah ashar akan dimulai.” Aku berjalan cepat meninggalkan Ivy.
“Hei, Anisa! Tunggu! Kau tidak mau jalan bersamaku? Anisa, wajahmu merona lho!” Ivy mengejarku sambil tertawa.
***
            Detak jam menggema sayup, menggapai hingga ke sudut-sudut ruangan. Matahari sore menerobos masuk melalui celah ukiran pada jendela-jendela, membentuk bayang-bayang yang terukir indah di lantai. Beberapa ekor burung kecil tampak bermain di langit-langit, keluar masuk melalui celah-celah kubah sambil sesekali bertasbih memuji asma-Nya lewat kicauan nyaring nan merdu. Di sebuah pojok, aku duduk menghadap-Nya, menanti sesuatu. Jarum jam menunjukkan pukul setengah enam. Ruangan masjid mulai sepi. Hanya ada dua, tiga orang sedang melakukan shalat. Beberapa sedang mengaji di pojok lain. Aku menunggu sampai hanya aku seorang diri yang tersisa di sini. Namun karena sudah tak sabar, juga mengingat hari yang mau menutup, kuletakkan Al-Qur’an di hadapanku, kemudian kukeluarkan earphone baruku, menyalakannya, dan berbisik di dekatnya “Surah Ar-Rahman!” sedetik, dua detik keheningan terlewati, kemudian sebuah suara mengalun indah di sana. Huruf demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat suci mengalir dengan begitu ringan dan syahdu. Kupejamkan mata dan kubiarkan diriku hanyut. Hanyut dalam ketentraman dan ketenangan meski ada getaran dalam dadaku. Semua beban akan masalahku melayang. Keindahan dan perasaan sedahsyat ini tak pernah kutemukan sebelumnya. Aku bagai berada di sebuah taman bunga yang dinaungi cahaya benderang. Aku merasa begitu dekat dengan Sang Ilahi.
            Alunan telah sampai di penghujung surah, kemudian berhenti sama sekali. Aku membuka mata dan kuseka bulir air di sudutnya. Kulihat sekeliling. Tinggal aku seorang diri di sini. Burung kecil masih bermain di atas sana dengan kicauannya yang memenuhi ruangan. Aku memasukkan earphoneku ke dalam tas dan bergegas mengembalikan Al-Qur’an ke lemari masjid. Tadinya aku ingin mendengar tilawah sambil mengikutinya. Namun sepertinya aku tak mampu mengikuti iramanya. Aku menuruni tangga dengan langkah cepat. Sebentar lagi matahari akan pamit. Awan mendung masih mengambang di langit meski tak sepekat tadi. Sebuah suara samar menghentikanku yang sedang memakai sepatu. Aku menoleh ke arah tangga yang menghubungkan beranda dengan ruang bawah tanah yang letaknya beberapa meter di samping kiriku. Sebuah ruangan gelap menganga di bawahnya. Lama kutatap untuk memastikan tidak ada siapapun di sana. Tetapi suara samar-samar itu kembali terdengar dari dalam sana, menarikku untuk mendekat dan mencari tahu. Aku bangkit dan melangkah perlahan mendekati tangga. Jantungku berdetak kencang saat kupijakkan kaki di anak tangga pertama. Suara itu semakin jelas terdengar, meski sangat halus. Itu suara orang melantunkan ayat suci Al-Qur’an. Aku berpegangan pada dinding yang lambab dan dingin. Kupijakkan kaki di anak tangga kedua, lalu ketiga. Aku menatap tajam, menembus kegelapan di hadapanku. Namun tak ada apapun dan siapapun. Hanya ruangan kosong. Suara itu kembali terdengar. Kali ini tepat di telinga kananku. Aku merapatkan telinga ke dinding sambil menuruni dua anak tangga lagi. Suara itu kini jelas. Aku diam mematung, tak percaya dengan hal luar biasa ini. Aku sangat yakin ini adalah suara yang sama dengan yang kudengar di earphoneku beberapa menit yang lalu. Suara yang melantunkan ayat-ayat Allah dengan begitu indah, lembut, dan menghanyutkanku dalam ketenangan. Timbul rasa keinginan yang besar dalam diriku untuk mencari tahu siapa pemilik siara itu.
            Suasana sunyi. Lantunan itu menghilang. Terdengar suara orang membuka pintu. Tanpa berpikir panjang, aku segera berlari menaiki tangga dan bersembunyi di salah satu tiang yang besar. Dengan hati-hati kuintip tangga bawah tanah. Sekelompok wanita - sepertinya lebih tua dariku - yang berjumlah empat orang keluar dari dalam. Yang satu mendekap Al-Qur’an, tiga lainnya membawa buku dan alat tulis. Mereka mengenakan pakaian syar’i dengan jilbab lebar yang menutupi hingga lutut. Salah seorang tampak beda dari yang lainnya. Wajahnya begitu teduh dan selalu menunduk, dengan sesekali mengangguk dan tersenyum. Ia seperti bidadari yang diturunkan Allah ke bumi untuk memberi kedamaian pada segenap manusia. Aku menatap mereka berlalu hingga menghilang di suatu tikungan. Timbul pertanyaan bertubi-tubi dalam benakku. Siapa mereka? Mengapa mereka ada di ruang bawah tanah? Siapa pemilik suara syahdu itu? Dan siapa bidadari itu?
***
            Matahari pagi kembali menyambutku dengan sinar keemasannya yang hangat. Untuk kesekian kalinya, aku mensyukuri nikmat nafas yang masih bisa kuhembus hingga pagi ini. Aku menjalankan rutinitas kuliahku seperti biasa. Masuk kelas, bertemu teman-teman yang baik dan ramah, bertemu dosen yang juga ramah dan murah senyum, presentasi, menyimak pelajaran, mengerjakan tugas, kemudian keluar kelas dan menuju kantin untuk makan siang. Satu hal yang kunantikan, yang tidak seperti biasanya adalah perjumpaanku dengan pukul enam sore. Waktu terus berjalan, hari terus merambat, awan pekat kembali berkunjung, melepas rindu pada langit serambi mekkah meski kemarin baru bertemu, dan rinai kembali menyapa, mengguyur kota dengan lembut.
            Pukul enam sore akhirnya tiba. Aku sudah berdiri di depan tangga bawah tanah masjid. Setelah memastikan tidak ada yang melihatku, aku menuruni tangga perlahan hingga anak tangga kelima, lalu merapatkan telinga ke dinding. Syair itu kembali melantun. Surah Al-Kahfii mengalir indah, menyentuh hatiku yang haus akan siraman penyejuk kalbu. Aku terduduk. Sambil memejamkan mata, kusimak hingga ayat terakhir, setelah itu bangkit, bergegas melangkah keluar, lalu bersembunyi di balik tiang besar. Mataku langsung tertuju pada sosok bidadari ketika sekelompok itu muncul dari bawah tanah.
            Hari-hari berikutnya hal yang sama kembali terulang. Setiap pukul enam sore aku mengendap-endap seperti musang yang hendak mencuri ayam, bersandar pada dinding yang lembab dan dingin, dan hanyut dalam syair yang menenangkan. Namun lama-kelamaan aku tersadar, tak bisa terus berbuat demikian. Aku harus menyapa dan menyampaikan keinginanku. Setidaknya pada salah seorang diantaranya, terutama sang bidadari. Ingin sekali aku mengenalnya. Namun tak tahu bagaimana caranya. Suatu siang kuceritakan hal tersebut pada Ivy. Ia menyarankanku untuk menyapa mereka secara langsung ketika mereka muncul dari bawah tanah. “Langsung kau sapa saja, Nis. Bukankah itu kesempatan baik untukmu mendapatkan teman yang dapat membawamu ke surga. Insya Allah. Lagipula kau ingin berteman dengan tulus, mereka pasti bersedia mengajarimu tilawah Al-Qur’an, meskipun agak aneh mengapa mereka berada di ruang bawah tanah setiap sore,” kurang lebih seperti itulah yang dikatakan Ivy. Aku sedang duduk di kursi taman sambil melamun. Angin berhembus kencang, menerbangkan dedaunan kering. Awan pekat mendayu-dayu menutup langit. Titik-titik hujan jatuh berderai. Aku bangkit dan melangkah perlahan di jalan setapak, tidak berusaha mencari tempat untuk berteduh. Aku terus berjalan tanpa tujuan sambil menikmati guyuran hujan. Tiba-tiba mataku menangkap sesosok bidadari di tengah taman. Langkahku sontak terhenti. Ia sedang menengadah ke langit sambil merentangkan kedua tangannya, lalu berputar perlahan. Wajahnya tampak begitu bahagia dengan senyum manis yang tiada pudar. Tak kusangka bidadari itu menyukai hujan, sama sepertiku. Aku tersenyum memperhatikannya dari balik dedaunan. Ingin aku menyapanya, namun kemudian kuurungkan karena tak ingin mengganggu momennya menikmati hujan.
            Jarum jam menunjukkan pukul enam sore. Aku mendekati tangga bawah tanah masjid dan melakukan hal seperti biasanya. Namun hanya sunyi yang menyelubungi, tak ada syair indah, tak ada suara merdu yang tiap sore melantun itu. Aku kembali ke atas dan duduk di balik tiang besar sambil memikirkan kemungkinan yang terjadi. Mungkin mereka menggeser jadwal tilawah mereka, atau salah seorang dari mereka sakit, atau mereka kelelahan sehingga meliburkan tilawah sore ini. Aku tenggelam dalam pikiranku sendiri dan rasa kecewa timbul di hatiku. Namun tiba-tiba sekelompok wanita muncul dari ruang bawah tanah. Hanya bertiga, tanpa kehadiran sang bidadari. Wajahku kembali bersinar setelah muram sesaat. Aku telah bertekad akan menyapa mereka sore ini.
            “Assalamu’alaikum…!” sapaku sambil tersenyum.
            “Wa’alaikum salam!” mereka balas tersenyum.
            Tanpa basa basi, aku langsung menceritakan semua yang terjadi, tentang diriku yang selama ini diam-diam mendengarkan tilawah mereka dari balik dinding, serta permintaan maaf atas perbuatanku. Mereka tampak heran, saling memandang satu sama lain.
            “maksud adik ini apa? Kami ke ruang bawah tanah bukan untuk tilawah, melainkan ada sesuatu yang harus kami teliti. Lagipula tidak ada seorangpun yang tilawah di ruang gelap seperti itu,” ujar salah seorang dari mereka.
            “Kami juga ke sini selalu bertiga, tak pernah lebih,” sambung yang lain.
            “Ta-tapi saya melihat kalian selalu berempat,” ujarku bingung, tak mengerti dengan semua ini. Mereka menggeleng.
            “Tidak, kami selalu bertiga.”
            “Kalau begitu, terima kasih. Sa-saya pamit dulu.” Aku berlari meninggalkan mereka yang masih kebingungan. Pikiranku kacau sekali. Aku sungguh tak mengerti mengapa seperti ini. Apakah selama ini aku berhalusinasi? Tidak! Aku sadar. Aku sadar atas semua yang terjadi. Lalu tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dari belakang.
            “Ivy?”
            “Anisa, aku punya kabar mengejutkan. Aku baru saja dari tempat pamanku. Kata beliau sang pemilik suara yang menilawahi Al-Qur’an di earphonemu itu telah meninggal lima tahun yang lalu tepat di ruang bawah tanah sebelum masjid dibangun,” ujar Ivy. Aku diam mematung tanpa mampu mengucap sepatah katapun. Kakiku lemas dan kepalaku pusing sekali. pandanganku mulai gelap, hingga akhirnya terjatuh tak sadarkan diri.

TAMAT
by: Faiza Maulia

Selasa, 08 November 2016

Sepotong Hati dan Dermaga




Kapal Yang Tersesat


 Jangan tanyakan dermaga
Sedang aku tersesat di samudera
Hatiku hanya sebuah kapal
Yang kehilangan nakhoda
 Di tengah hampanya lautan
Di bawah pekatnya malam
Saat itulah kutemui surya
Saat kau dalam temaram purnama

Buih bernyanyi
Langit mengirimku panas, hujan, dan pelangi
Di sela riak kubisikkan asmara
Padanya kesematkan rindu
Rasa itu bergejolak
Menderu bagai debur ombak
Dalam diam aku bermimpi, menanti, gelisah
Pada senja aku bercurah

Beri aku mesin
Beri aku baling-baling
Tuntun aku mata angin
 Karena aku telah bertemu
Bayang dermaga dalam bola matamu